menggiati Bilangan Fu

Posted: 29 May 2009 by ranii mahardika in Labels: , ,
1

sebenarnya saia lupa, kapan tepatnya saia menjadi penggemar buku. buku cerita, buku novel, buku motivasi, buku fiksi ilmiah. bermacammacam buku lah. bermacam buku yang ga bisa juga saia patok sebuah `genre` tertentunya untuk saia jadikan bacaan `paling favorit`. yepp, saia juga ga tau, jenis buku apa yang menjadi kesukaan saia! kadangkadang, mood mendukung saia untuk melahap habis buku agama, filsafat, atau hukum. dan di lain mood, buku bacaan ringan pun menjadi favorit. saia jelas lupa juga, buku apa yang pertama kali saia baca sampai saia menemukan kesadaran `menghobikan` membaca sebagai pengisi waktu. entah yang mana yang lebih dulu, bukubuku Kahlil Gibran atau berbagai jenis Chicken Soup yang jadi bacaan pertama saia. tapi, saia ga ingin membahas itu saat ini.

buku ini, jelas bukan buku yang baru saja diterbitkan. buku ini terbit Juni 2008, buah tangan penulis Ayu Utami. Bilangan Fu namanya.. saia juga tidak akan memberikan sinopsis dari buku ini, karena saia bukan peresensi yang baik. saia hanya ingin bercerita tentang pengalaman saia dengan buku ini. saia menyebutnya BUKU, sedangkan penulisnya sendiri menyebutnya NOVEL. dan saia juga ga ambil pusing dengan penyebutan saia ini. saia kagum dengan buku ini. di awal kemunculan buku ini, saia sudah sangat berniat untuk membeli dan membacanya. namun apa dikata, baru sekarang buku ini bisa saia `habiskan!`

penulisnya editor menyebutnya "pengarang" memberi nafas "spiritualisme kritis" terhadap karyanya ini. ia mengolah halhal yang kita sebut spiritual, mistis, keagamaan dengan apik dan tanpa sadar membuat kita berpikir bahwa semua itu menjadi sangat logis. dalam bukunya, si penulis menyebutkan tentang agama bumi dan agama langit. halaman 452. agama bumi adalah ajaran yang secara sistematis memelihara alam, sedang agama langit jelaslah tentang hubungan umat dengan Tuhannya yang ada di langit! selain itu, secara halus pula penulisnya menjelaskan konsep Monoteisme yang kita anut. kita tahu bahwa monoteisme berarti hanya ada satu Tuhan. yang dengan gamblang dipaparkan bahwa artinya bahwa kita hanya menyembah satu
Tuhan, yang jika dikaji lebih dalam, Tuhan yang satu itu tiada tandingannya.. apalagi ditandingi oleh aliran kepercayaan, yang kita akui jumlahnya sangat banyak di Indonesia ini. jika begitu adanya, konsep ini memberi arti bahwa monoteisme sulit bertoleransi terhadap perbedaan.

paham ini dikisahkan dikawal oleh tokoh bernama Kupukupu yang di kemudian hari lebih dikenal dengan Farisi, yang mempunyai saudara lakilaki yang ternyata memiliki pandangan tentang ketuhanan yang jauh berbeda dengannya. namanya Parang Jati. lelaki yang memiliki keistimewaan pada fisiknya, namun masyarakat justru malah menganggapnya "cacat". ialah yang memunculkan ideologi "spiritual kritis" yang tadi sudah saia sebut. dan ia diceritakan berkawan sangat dekat dengan sepasang kekasih Yuda dan Marja. Yuda, si tokoh "aku" dalam novel ini adalah seorang pemanjat tebing dan petaruh yang menjuluki dirinya sendiri "si iblis", dan Marja adalah hanya seorang "manusia" yang bersemangat. si "aku" memiliki pandangan yang 180 derajat berbeda dengan Jati, "si malaikat" yang kemudian mendorong alur cerita pada buku ini mengerucut pada bilangan Fu, yaitu sebuah bilangan yang mempunyai properti nol dan satu sekaligus.

1 : @‍ = 1 x @ = 1, dan @ bukan 1

ps.. @ itu sebenarnya berbentuk seperti gambar obat nyamuk bakar yang melingkar, bukan @ yang sesungguhnya..

nah, buat saia.. buku ini, selain mengusung tema spiritualisme yang kental, juga mengandung ajakan kepada kita untuk lebih mencintai bumi. karena bumi adalah tempat kita hidup sekarang. dan apa yang bakal terjadi apabila kita tidak memelihara bumi kita ini dengan baik?? tentu wacana Global Warming sekarang ini bagai makanan kita seharihari toh? lalu, apakah hal itu hanya akan menjadi sekedar wacana saja? agama bumi yang dikemukakan oleh Ayu Utami melalui Parang Jati, bukanlah jenis aliran kepercayaan seperti yang sekarang banyak berkembang di Indonesia. bukan sebuah agama yang sekedar mengharuskan umatnya hanya menyembah Tuhan yang ada di kitab suci yang telah diwahyukan kepada mereka. tidak hanya itu, karena meskipun saia bukan Tuhan, saia yakin bahwa Tuhan akan menyentuh sisi humanis dan sosial kita, umatnya, dengan cara yang berbeda. dan kesadaran itu, melalui buku ini, digambarkan dengan lebih mudah.. cintai Tuhanmu, cintai pula bumimu. gunakan energi bumi secara wajar dan sebagaimana kita memperlakukan diri kita sendiri, tidak mengeruk keuntungan dari bumi dengan memperkosanya yang dikuliti oleh modernitas.

ahh, sudah saia bilang, saia bukan peresensi yang baik. mungkin sebaiknya tementemen baca sendiri aja bukunyaa, biar mengerti dengan apa yang barusan
saia ceritakan. hehehehe

1 pendapats:

  1. hehehe.. bilangan fu itu, adalah.... hmmm~ baca sendiri aja deh :p

komen..komen..komen..