hari ini adalah hari pertamaku berada di Malang (lagi!). entah mengapa. aku CINTA sekali dengan kota ini. dimanapun aku berada, aku selalu ingin pulang kembali ke kota ini :) tapi aku ga akan bercerita tentang itu.
aku bingung harus memulai cerita ini darimana. aku sendiri merasa jadi begitu sentimentil ketika harus menyebutkan betapa aku sangat tidak suka didikte. ough, did I finally mention it?? yepp, didikte. aku ga tau darimana aku mendapatkan isitilah ini, karena aku takut penggunaannya akan membuat beberapa pihak jadi seperti tersudutkan. tapi bagaimanapun, aku ga akan mengubah penggunaan kata “didikte” ini.
saat aku beranjak remaja dulu, aku mendapati bahwa diriku sebenarnya berada pada situasi yang membebaskanku melakukan segala sesuatu yang aku anggap dan aku pikir baik. dengan keadaan yang seperti itu, dengan sendirinya jugaa aku diarahkan menjadi orang yang bisa bertanggungjawab atas segala hal yang telah aku pilih. orang-orang sekitarku, saat itu, bertindak sebagai pengamat yang hanya mengamati segala gerak-gerikku. sesekali jika aku sedang ga waras, mereka hanya mengingatkan aku bahwa semua hal memiliki dampak dan konsekuensi. tetap, keputusan akhir selalu berada di tanganku. absolut.
sekarang aku bukan remaja lagi. i’m 24 years old. dan meski aku tetap tidak punya pengalaman sebanyak orang-orang yang berusia jauhh di atasku, aku sendiri sudah punya banyak pengalaman! aku sudah banyak belajar dari masa-masa tahunan yang lalu. bahkan aku tetap belajar dari kejadian kemaren hari. i’m growing up! tapi entah mengapa, justru di masa aku lebih bisa melakukan segala sesuatunya sendiri, dengan rasa tanggung jawab yang lebih tebal, mengapa iah orang-orang di sekitarku justru berlaku terbalik dibanding masa kanak-kanan dan remajaku dulu?? aku yang kini malah menjadi seperti tersangka, persis seperti judul postingan ini. segala tindak-tandukku diawasi. pilihan-pilihann hidupku dibatasi oleh kepentingan-kepentingan yang tidak menyangkut perasaan dan harga diriku. aku harus menjadi ini, aku harus melakukan itu, aku tidak boleh bersama anu, keputusanku harus yang begini, dan lain-lain.
langkahku justru tertahan di kala aku sudah bisa terbang menggapai mimpi-mimpi yang seharusnya bisa kuraih sedikit lagi. mereka, orang-orang itu, sepertinya tidak pernah melihat bagaimana aku berjuang beberapa tahun ini. mereka juga tidak pernah ingin tau tujuan dan pilihan hidupku. yang mereka tau adalah, bahwa mereka sudah memberi aku jalan untuk menjadi seperti apa yang mereka mau! apa aku ini boneka? apa aku ini budak? apa aku ga punya lagi kebebasanku? didikte. yap, aku kini merasa didikte. seperti keyboard pada laptopku ini. ga akan bisa menuliskan perasaanku ini sendiri. harus didikte oleh sepuluh jemariku. tapi aku lebih iri kepada keyboard ini. karena hanya sepuluh jari yang mendiktenya. sedangkan aku… lebih. lebih banyak lagi. dan akan semakin banyak. politik!