pembelajaran sebagai seorang umat (Hindu).
Posted: 16 January 2010 by ranii mahardika in Labels: adat, bali, budaya, Hindu, opini, renungan, tuhansaia hanya seorang umat manusia yang sudah disandangkan sebuah iman (baca : agama) sejak lahir oleh kedua orang tua saia. bahkan jauh ketika ibu saia tau bahwa beliau mengandung, iman itu suda menjadi milik saia. begitu lahir, semua bayi pasti ga bisa memilih akan memeluk iman yang mana. seorang bayi merah hanya bisa bicara melalui tangisannya, yang oleh orang-orang di sekitarnya justru menghadirkan raut bahagia. dan karenanya, agama seorang bayi sudah ditentukan oleh keberadaan orang tuanya.
saia beragama Hindu. dan sejak kecil, ajaran Hindu dan budayanya begitu lekat dalam benak saia. saia diajarkan untuk melakukan Tri Kaya Parisudha. berpikir yang baik, berucap yang benar, dan bertingkah laku yang baik. begitu sederhana. hampir sama ketika masa sekolah dasar dulu diajarkan mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila. Iman adalah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. dan Takwa adalah melakukan semua perintah-Nya dan menjauhi setiap larangan-Nya. –Nya disini ditujukan kepada Tuhan. yang menurut ajaran agama saia, salah satu sifat Tuhan adalah tidak berwujud.
secara umum, pengertian beriman dan bertakwa persis seperti yang saia tulis tadi. dan yang jelas, yang namanya Tuhan adalah sesuatu yang engga bisa kita sebutkan ciri-cirinya secara gamblang. Tuhan bisa berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, atau malah kata pelengkap. kita ga bisa mendefinisikan Tuhan seperti kita mendefinisikan si Budi, si Retno, si guru, si pengusaha, si pemusik atau siapapun. sifat Tuhan yang serba-maha juga ga bisa dibandingkan dengan semua sifat manusiawi kita, para umat. bahkan, dalam sifatnya yang serba-maha itu jua, Tuhan juga merupakan sel terkecil dari semua unsur di dunia ini, sehingga Beliau bisa berada dimana-mana. adakah seorang manusia aja yang bisa melakukan itu..? ga ada kan?
trus, bagaimana cara kita ini untuk dapat memahami setiap makna dari wahyu Tuhan? kalo dalam agama saia sih, semua umat Beliau diajarkan untuk menjadi “pintar”. maksudnya begini, untuk memahami sebuah ajaran agama, diperlukan pengetahuan yang cukup. pengetahuan itu didapatkan dari banyak membaca dan berbagi pengalaman serta pengetahuan dari orang-orang yang lebih tau tentang agama. dengan ini maksudnya adalah para Pedanda, Pemangku, atau Rohaniawan lain… dengan banyak tau, kita jadi bisa mencerna setiap sabda Tuhan dengan pengetahuan yang baik sehingga menghasilkan sebuah pencerahan dan pencapaian pemahaman yang baik. karena Tuhan hanya ingin umat-Nya menjadi umat yang lebih baik. umat yang fleksibel dengan dinamika perkembangan jaman, dengan pengetahuan akan ilmu pengetahuan dan pengetahuan agama yang baik dan saling mendukung. bukan dengan pengetahuan dan pemaknaan yang picik, kaku, maupun terlalu fanatik. setidaknya, itu menurut ajaran agama saia, dan itu yang bisa saia pahami sampai sejauh ini.
memang agama saia merupakan agama dengan jumlah pemeluk yang minoritas. tapi seingat saia, kondisi tersebut tidak mengurangi khidmad kami untuk beribadah. malah, kebudayaan beragama kami menjadi daya tarik bagi wisatawan, baik wisatawan asing maupun domestik karena keunikan dan keselarasannya dengan alam. dan selain itu, ajaran agama kami ga perna neko-neko, dan hanya fokus pada kegiatan beribadah sehingga ga banyak menimbulkan konflik. dan mungkin, justru karen minoritasnya itu, kegiatan beragama benar-benar menjadi hak asasi manusia dengan Tuhannya tanpa intervensi siapapun. setiap umat akan memilih berlomba-lomba meningkatkan pahala mereka, dan berupaya mencari karma baik. daripada sekedar mengurusi urusan orang lain. hehehehe :p