surat yang ga pernah terkirim
Posted: 16 January 2010 by ranii mahardika in Labels: chance, ego, harapan, tanya, uneg-unegdearest (my) Life,
banyak hal yang aku lewati, tanpamu. banyak peristiwa juga yang kualami tanpa kau menjadi saksinya. ga peduli betapa penting, atau malah ga berartinyaa hal-hal itu, aku tetap ingin melaluinya bersamamu. tapi aku sadar. aku ga boleh egois. tepatnya, aku ga bisa egois. aku harus berlaku adil kepadamu. atau, mungkin kamu yang seharusnya bersikap adil terhadapku? ga tau deh. apapun itu. bagaimanapun jalan yang mesti kita tempuh, tujuan kita mungkin saja sama. dan karenanya, jangan sampai kau melepasku, sebelum kita mencapai tujuan itu. genggam terus jemariku, peluk erat tubuhku, dan jagalah hati serta jiwaku, sampai di garis finish.
namun, jika di tengah jalan engkau tak sanggup lagi. akupun ga akan memaksa kamu untuk tetap melaju. kamu ga terikat padaku, meski hati kita sedang terpaut kini. kau selalu bisa melepaskan ikatanmu denganku,
kapan saja, sesukamu. karena aku cukup realistis. karena aku terlalu percaya bahwa jalan kita masi panjang, dan cobaan akan banyak sekali menghadang. ini bukan berarti kalo aku ga sepenuh hati menginginkan kamu untuk bersamaku, lho. as i told you, aku mencoba lebih realistis. bukan juga aku meragu.
aku hanya ga ingin kamu merasakan sakit, suatu hari nanti. atau lebih tepatnya, AKU ga ingin merasakan sakitnya tanpamu nanti. jika semua kenyataan yang aku pikirkan sekarang, bener-bener jadi nyata, bisa dipastikan aku jadi yang paling tersakiti. kamu? agh.. jangan tanya tentang kamu! bukankah pernah kubilang kepadamu, dulu.. “tak ada lagi kamu. tak ada lagi aku. yang ada hanyalah kita” jadi yang kurasa, pastilah akan kau rasa juga.aku juga tau, semua yang kutulis ini akan kau hempaskan gitu aja. setelah membaca ini, kamu akan menjadi begitu marah kepadaku. kamu akan mengecamku dengan berbagai cara. kau akan banyak bertanya, dan semakin banyak bertanya lagi. tapi kau juga tau, kamu ga bisa memaksaku untuk ga berbuat ini. kamu yang tau limit diriku. kamu yang tau betul setiap isi otakku, karena kamulah hidupku.
aku hanya meminta, tetaplah berjalan tegak bersamaku. mari selalu berjuang untuk mencapai tahapan selanjutnya. masi banyak anak tangga yang harus kita susupi. dan setiap kita berhasil sampai di lantai yang lebih tinggi, kita ga akan perna tau apa aja yang ada di dalamnya. namun, sambil kita saling menopang ini, siapkanlah selalu segala kemungkinan terburuknya. bukannya kamu yang mengajarkan kepadaku, bahwa di duniamu segala sesuatunya harus diperhitungkan sampai pada kemungkinan terburuknya. kamu ga lupa itu kan?
surat ini memang ga akan perna kukirimkan. surat ini akan kembali masuk ke dalam ruang otakku, berkumpul bersama semua benak yang ga sempat kuutarakan kepadamu. tapi aku tau, kamupun tau semua ini. kamupun menyadarinya, meski tetap menghindar dan menganggapnya hanya riak kecil yang akan hilang begitu saja. gitu aja….
warm regards,
the other side of you.